Amplop Kosong

Cerpen Daud Insyirah * (Harian Republika, Ahad 18 Mei 2014)

 

ilustrasi : Rendra Purnama

ilustrasi : Rendra Purnama

Syawal 1429 H

IA masih menatap undangan yang bergerak perlahan mengikuti angin. Kemudian ia menyandarkan diri di tembok dan sesekali melihat undangan yang sempat ia buka beberapa hari yang lalu. Wajahnya kusut dan memelas seperti tak ada lembaran penyambung hidup di kantongnya.

Andai ia diterima kerja di pabrik bulan ini, mungkin ia bisa memperoleh pemasukan. Jika tak ada pemasukan, apa layak menghadiri pesta pernikahan? Biasanya, orang menyebut resepsi pernikahan dengan sebutan bowo.

Di acara tersebut ada semacam kotak infak yang dihias sedemikian rupa hingga jauh dari kesan kotak infak itu sendiri. Malahan ada juga bentuknya seperti pot bunga yang besar sekali. Namun, fungsinya sama saja. Untuk mengisi amplop.  Baca lebih lanjut

Selamat jalan Saudaraku “Mishbakir”

10360236_10201171537450305_597697918990970722_nSaya ingat bagaimana ia merancang sebuah sekolah impian di sebuah lembaran.Yah, terkadangia sembunyikan karena sungkan saya lihat. Ia juga sering browsing mengenai pembangunan sekolah. Mengenai kurikulum, izin pendirian yayasan dsb. Meski saat itu ada pelajaran kuliah yang penting.

Saya juga tahu ia akan memulai bisnis jualan es krim dan bermaksud menjadikan banyak cabang. Saya tahu karena ia minta ke saya untuk desainkan beberapa spanduk untuk usahanya. Saya juga tahu kalau beberapa minggu ini, ia selalu nebeng ketika berangkat kuliah karena ada beberapa hal yang membuat ia tak bisa naik motor lagi.

Ah,tak percaya rasanya. kadang dua minggu ini saya hendak mengirim SMS ke akh misbakir seperti biasanya. “akh,apa ada dosennya?” Ketika sms itu hampir terkirim,saya baru ingat. yaa bukankah sudah pergi tanggal 16 mei lalu? Bahkan sahabat saya di kampus juga sama. Mas amilin namanya. Ketika menaiki tangga menuju kelas, ia selalu berkomentar.

“nggak nyangka….nggak nyangka…”

Sama, ketika mendapat SMS pertamakali Baca lebih lanjut

Serunya KM Fiksi FLP Sidoarjo

aKelas menulis dengan orang segelintir ini mengingatkan saya ketika berada di rumah baca Az-Zahra ketintang dulu. 🙂 Sebagaimana jadwal yang saya agendakan 4 bulanan,Jadwal pekan ini adalah kelas menulis fiksi.Tapi sayangnya banyak yang berhalangan hadir karena sibuk.

Ada yang izinnya beberapa hari sebelum kegiatan. Ada juga akh muiz yang pulang kampong karena tanggal 1 juni besok akan menikah. Semoga lancar mas ;-). Semoga jadi keluarga yang SAMARA J. Bahkan ada juga yang izinnya beberapa jam sebelum acara.hadeh 😀

Baca lebih lanjut

Taman baca Keliling FLP Sidoarjo

10262217_872483949433369_1750536391655290387_nPagi yang dingin ternyata belum mendinginkan pikiran saya saat itu. karena beberapa hari ini sibuk menjepret bulletin mauriz vol 1, saya lupa tidak pesen banner dan perlengkapan pendukung yang lain. apalagi kardus mie juga robek. Setelah dicari-cari ,akhirnya nemu deh satu kardus lumayan besar. karena banner lupa di pesan, terpaksa nyalain PC dan ngeprint seadanya he..he…
45 menit perjalanan ke sekretariat FLP sidoarjo cukup lancar. Usai mengangkut buku-buku yang diperlukan, barulah saya,mas kholid,mas rafif amir langsung menuju alun-alun. Harapan sayasaat itu, mas rizal bisa datang tepat waktu dialun-alun bersama tikarnya.

BENQ DIGITAL CAMERANamun sayangnya, kami kurang tahu kalau di alun-alun ada komunitas kesehatan yang jumlahnya banyak sekali. Ribuan mungkin. Rencana stan yang akan kami tempati di pendopo, pupus sudah. Kami bertiga mondar-mandir cari tempat tapi tidak ada yang pas. Sampai ketemulah lokasi di selatan tugu.
Lokasinya pas. Pas untuk nongkrong, outbond dan pas untuk berteduh. Mungkin pas juga untuk jualan 😉 dan setelah akh rizal datang, kami membeber tikar dan menata buku. Kami juga menyesal karena datang kurang pagi. Harusnya jam 6 harus di lokasi.

Saya dengar mbak ika hariyati malah jam setengah enam sudah sampai lokasi. Ketika ia menghubungi mas kholid,ternyata di lokasi tak ada teman-teman FLP. Sambil menanti sahabat yang kebingungan karena lokasi perpus diluar rencana, kami membagi-bagikan bulletin mauriz edisi perdana. Baca lebih lanjut

Wang Si Macan

re_buku_picture_81288 Novel ini mengisahkan tentang  Wang si macan dan dua putra wang yang lain. Diawali dengan Wang sang ayah sekarat dan akhirnya wafat di rumah tanah . kemudian mengisahkan ketiga putra wang. Yaitu Wang tuan tanah,wang saudagar dan wang si macan. Mereka bertiga memiliki karakter yang sangat berbeda.

Wang tuan tanah misalnya. Orangnya gemuk dan “nakal”. Gaya hidupnya juga mewah. Seringkali istrinya ngamuk-ngamuk dengan istri adiknya (wang saudagar) yang telalu biasa-biasa.

Berbeda dengan Wang tuan tanah, wang saudagar yang lebih irit. Ia setia dengan istrinya. Lebih kurus dan lebih tenang pikirannnya. Licik dan cerdik. Kalau dibandingkan kekayaannya, wang saudagar sebenarnya lebih kaya daripada wang tuan tanah. Meski pakaian yang digunakan keluarga wnag saudagar tak semewah kakaknya.

Nah,yang ketiga adalah wang si macan. Kejam tapi bijaksana. Mengawali karir sebagai prajurit biasa sampai ia menjadi penguasa disuatu wilayah. Sebenarnya wang si macan tidak begitu kejam. Bisa dibilang,ia adalah orang yang professional.   Suatu hari ia pernah minta kedua kakaknya untuk mengirimkan anak mereka yang usianya 17 tahun untuk di didik wang macan agar kelak bisa menjadi orang hebat.  tapi seiring berjalannya waktu, anak si wang tuan tanah tidak tahan. Saat pasukan wang si macan beristirahat di daerah rumahnya, putra wang tuan tanah bunuh diri karena tak tahan. Baca lebih lanjut